Popular Post

Posted by : Unknown 16 Maret 2015


ARLA PRODUCT BOYCOTT IN THE MIDDLE EAST


OLEH :
Lalu Aditya Rachmat Ghiffari  (125120207121009)

F.IK.6


ILMUKOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015





Why did the event happen? What was the cause triggering the event?

            Denmark merupakan Negara penghasil susu terbesar pada tahun 2005, dalam hal ini produksi susu dihandle oleh Arla Corporate yang produknya sudah sangat terkenal didenmark hingga sering dieksport. Perusahaan ini menerima pasokan bahan dari para petani di Denmark dan Swedia. Namun musibah muncul menimpa perusahaan ini. Pada tanggal 30 September 2005 yang ditandai dengan munculnya iklan produk Arla yang diterbitkan oleh koran Jylland Poaten yang menampilkan kartun Nabi Muhammad sebagai icon koran mereka. Editor dari koran ini mempublish 12 gambar yang menampilkan sosok Nabi Muhammad yang salah satunya Nabi Muhammad yang mengenakan sorban namun sorbannya membentuk bom. Pihak media Denmark mengatakan itu adalah bentuk kritikan terhadap Islam. Tentunya berita ini memancing perhatian seluruh umat islam di Eropa terlebih dari pelosok Dunia. Sehingga beberapa gerakan atau tindakan yang bersifat anarkis pun tidak dapat dihindari, masyarakat menyalakan api di depan kedutaan Norwegia dan Denmark yang berada di Beirut, menyerang kedutaan Denmark di Tehran, serangan senjata api di Gaza dan menuntut permintaan maaf dari Norwegia dan Denmark.



                Ironisnya, Perdana Mentri Anders Fogh Rasmussen menolak mengadakan pers atau membuat pertemuan dengan perwakilan umat islam untuk membahas dan mencari solusi dari kasus ini. Anders berpendapat walaupun diadakan pertemuan, tetap saja tidak akan berpengaruh kepada pers. Sehingga ini berdampak pada Perusahaan Arla. Pada akhir Januari, seluruh produk  Perusahaan Arla di boycott di daerah Timur – Tengah. Dan pada awal februari, perusahaan Arla mengalami kerugian yang perharinya mencapai 1 juta dolar.


Explain the case by making issue lifecycle

Menurut Kriyantono (2012) terdapat beberapa tahapan isu, dalam hal ini tahapan isu tersebut akan dikaitkan dengan kasus boycott produk perusahaan Arla. Adapun tahapan tersebut adalah :

1.       Tahapan Origin (potential stage). Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekpresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Di tahap ini, dimungkinkan mereka melakukan tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap penting. Dalam tahap ini jika dikaitkan dengan kasus Arla food, tentu disini bisa dilihat dari isu yang dibuat oleh pihak pers Denmark yang memberi dampak negatif pada publik khususnya publik yang beragama Islam. Sehingga terjadi respon dari publik yang sifatnya melibatkan dari pihak Arla food. Yaitu penboycott an seluruh produk Arla food di daerah Timur – Tengah.

2.       Tahapan Mediation and Amplification (Imminent stage/emerging). Pada tahap ini, isu berkembang karena isu-isu tersebut telah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok-kelompok yang lain saling mendukung dan memberikan perhatian. Jika dikaitkan dengan kasus Arla food ini, isu yang diciptakan oleh pers Denmark semakin menyebar melalui media lainnya. Yang menyebabkan seluruh publik yang merasa dirugikan membentuk suatu kelompok atau organisasi informal yang memiliki tujuan yang sama. Dalam hal ini publik bersama – sama melakukan tuntutan dan memboycott produk Arla food.

3.       Tahapan Organization Tahap ini publik sudah mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan. Current stage, isu berkembang menjadi lebih popular karena media massa memberitakanya berulang kali dengan eskalasi tinggi. Critical stage terjadi bila publik mulai terbagi dalam dua kelompok, setuju dan menentang. Current Stage, dalam stage ini bisa dianalisis bahwa pihak pers Denmark yaitu Jyllands-Posten memberitakan berita ini cukup massiv kepada publik sehingga isu tentang SARA menyebar ke masyarakat yang mayoritas muslim. Sedangkan Ciritcal Stage pada saat publik sepakat untuk memboycott seluruh produk Arla food sehingga terjadi kerugian yang besar.

4.       Tahap Resolution
Pada tahap ini, organisasi dapat mengatas isu dengan baik sehingga pemberitaan di media mulai menurun, perhatian masyarakat juga menurun, sehingga isu diasumsikan telah berakhir sampai seseorang memunculkan kembali dengan pemikiran dan persoalan baru yang ternyata memiliki keterkaitan sebelumnya. Dalam tahap ini, setelah beberapa desakan yang dilakukan oleh masyarakat muslim terhadap kasus kartun Nabi Muhammad ini, membuat pemerintahan Denmark yang tadinya menolak untuk bertanggung jawab menjadi ikut turun tangan dalam menangani kasus ini. Pemerintah Denmark menghimbau pada pers Jyllands-Posten untuk meminta maaf sebesar – besarnya. Dan juga perusahaan Arla food memarketing kembali produk mereka dengan 25 tema baru di Saudi Arabia. Dan Arla food juga mensponsori program membela tentang kemanusiaan di daerah tersebut.


What did the company do/respond with the event? Based on the outcome, was it proper respond?
Konklusi dari keseluruhan kasus ini. Krisis bisa terjadi dimana pun dann diperusahaan manapun juga. Jika perusahaan tersebut tidak bisa dalam memanajemen sistem organisasi merek, maka krisis pun tidak bisa dihindari. Dalam kasus ini adalah Arla food yang awalnya memiliki profit dan mempunyai image yang bagus dimata publik.  Namun adanya missunderstanding antara media dan perusahaan. Akibatnya Arla food mengalami kerugian yang cukup dalam yaitu 64 juta dolar. Namun pihak Arla food dalam hal yakin untuk memarketing ulang produk mereka dan yakin untuk bisa mengangkat kembali image mereka.  Dengan mengiklankan di 25 surat kabar dengan halaman yang full di daerah Saudi Arabia. Arla food secara rutin melakukan restorasi pada image mereka sehingga reputasi mereka pun naik kembali. Opini publik yang tadinya negatif pun menjadi positif terhadap pihak Arla food. Arla juga mensponsori berbagai program yang menyangkut tentang kemanusiaan yang ada di Saudi Arabia.
Tentu dalam hal ini, tindakan yang dilakukan oleh pihak Arla merupakan tindakan yang tepat dalam melakukan survival didunia marketing. Namun akan lebih baik jika pada saat itu pihak Arla food mengadakan jumpa pers kepada publik, sehingga publik mendapatkan informasi yang benar terhadap produk arla food. Sehingga Arla food tidak mengalami kerugian yang cukup besar. Namun secara keseluruhan Arla food mampu menerapkan manajemen yang baik kepada perusahaannya sehingga mampu survive dan memiliki image yang bagus.



Daftar Pustaka
Kriyantono, R. (2012). Public Relations & Crisis Management: Pendekatan Critical Public Relations, Etnografi & Kualitatif. Jakarta: Kencana









Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 A R C A N G E L G A M E - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -