Popular Post

Posted by : Unknown 16 Juni 2014



Final Fantasy VII memang merupakan salah satu seri Final Fantasy yang paling sering dieksploitasi oleh Square Enix (pihak pengembang). Cakupan plotnya yang masih terbilang luas dengan berbagai latar belakang karakter yang memiliki celah untuk “dimainkan”, membuat seri ini menjadi salah satu seri Final Fantasy yang paling terkenal. Beberapa franchise baru lahir dari cerita utama yang disandang Final Fantasy VII orisinil dari zaman Playstation, sebut saja: Final Fantasy VII Crisis Core, Final Fantasy VII – Diege of Cerberus, Final Fantasy VII: Last Order, dan yang paling terkenal tentunya Final Fantasy VII: Advent Children. Kesemuanya itu mampu lahir sebagai satu kesatuan dunia yang membuat cerita di balik FF7 semakin kompleks.

Saya tentu tidak akan membahas semua seri tersebut, karena satu artikel saja tidak akan mampu menampung kesemuanya itu. Yang pasti game-game tersebut hadir dengan kualitas yang tidak perlu diragukan lagi. Crisis Core menjadi prekuel dan Advent Children menjadi lanjutan cerita yang berhasil membangun plot yang epik. Tapi apalah arti semua kecanggihan teknologi yang dipadukan pada setiap seri ini jika Final Fantasy VII yang pertama tidak pernah lahir sebelumnya? Seri RPG Final Fantasy pertama dengan mode 3D ini memang mampu membawa memori gamer kita kembali ke masa-masa yang menyenangkan.

Final Fantasy VII berhasil menghadirkan salah satu plot yang paling kompleks di dunia RPG. Kita tidak sedang membicarakan game RPG yang hanya menyuguhkan cerita klise tokoh utama yang berusaha menyelamatkan dunia dari tangan penjahat bengis, tetapi juga RPG dengan muatan latar belakang psikologi paling kuat yang pernah ada dengan sentuhan tema lingkungan di dalamnya. Kekuatan plot tersebutlah yang menjadi alasan utama saya begitu mencintai seri ini. Ya tentu saja dengan tidak menganggap elemen yang lain sebagai sesuatu yang tidak menarik. Final Fantasy VII adalah salah satu seri terbaik yang pernah ada.



Tokoh utama dari game ini, Cloud Strife.


Game ini boleh dikatakan menghadirkan plot yang melebihi zamannya sendiri. Ketika game-game pada masa itu masih berputar pada plot yang masih klise, Final Fantasy VII mengusung tema lingkungan yang sangat kental. Tema ini bahkan hadir jauh sebelum Global Warming menjadi isu yang hangat diperbincangkan di masa sekarang ini.

Berkisar pada dunia yang disebut dengan GAIA, FF7 pada awalnya berpusat pada keterlibatan karakter Cloud Strife dalam kelompok lingkungan bernama Avalanche yang memang terkenal dengan kemampuan melakukan “protes” dengan cara yang ekstrim. 


                                                                         Kru dari Avalance


Serangan Avalanche ke Midgar, kota Metropolis yang terus-menerus menggunakan Lifestream sebagai bahan bakar menjadi titik tolak perjuangan Cloud mengatasi masalah dunia dan dirinya sendiri. Dari sanalah Cloud mengenal salah satu karakter wanita yang paling dicintai di dunia game, Aerith.



Dinamika psikologis Cloud terus-menerus berkembang seiiring dengan  berjalannya plot. Munculnya Sephiroth sebagai tokoh antagonis utama merupakan elemen yang membuat game ini begitu terkenal. Rekayasa genetika yang lahir dari sel Jenova ini memang memiliki kekuatan yang luar biasa besar, tampang yang cool, dan memiliki agenda hidup yang sederhana: menghancurkan dunia! Sephiroth merasa dikhianati oleh dunia karena latar belakang kelahirannya dan nasib yang diterima oleh “Ibunya”, Jenova. Cara terbaik untuk menghilangkan rasa sakit yang ada adalah dengan mengirimkan pukulan balas dendam sebesar meteor untuk menghancurkan GAIA dalam sekali serangan.

Selama perjalanan menghentikan Sephiroth inilah, Cloud perlahan-lahan mulai mempelajari jati dirinya yang sebenarnya, ternyata ia bukanlah yang selama ini ia kira, bahwa orang yang selama ini ia kagumi menjadi bagian terdekat dari masalah psikologis yang ia alami, dan bahwa ia harus kehilangan orang yang paling ia sayangi! Final Fantasy VII memiliki cut-scene yang paling mengejutkan dan menyedihkan dalam sejarah game RPG.




Berikut adalah cuplikan kematian Aerith



Plot FF7 merupakan salah satu yang terbaik sepanjang seri Final Fantasy, menurut saya pribadi. Cerita yang klise memang masih dihadirkan di sini, bahwa jagoan utama harus mencegah hancurnya dunia dengan mengalahkan boss terakhir yang super kuat. Namun FF7 juga menghadirkan sesuatu yang jauh berbeda. Masalah psikologis yang dihadapi oleh beberapa karakter utamanya membuat game ini tampil lebih menarik. Kejadian traumatis yang menyandera Cloud membuat ia harus membentuk kepribadian baru yang ia salin mentah-mentah dari orang yang ia kagumi, Zack. Sephiroth sang tokoh antagonis utama juga mengalami trauma psikologis yang hebat setelah mengetahui kenyataan yang pahit tentang dirinya sendiri, menghasilkan kepribadian yang tanpa ampun. Saya sampai saat ini masih merasa bahwa Sephiroth memiliki alasan balas dendam yang dapat “dimengerti”. Karakter pendukung lainnya seperti Tifa, Aerith, Cid, bahkan Red XIII juga memiliki latar belakang ceritanya sendiri-sendiri dan boleh dikatakan berhasil dibangun dengan solid.

FF7 juga menjadi game paling pertama yang menyertakan isu lingkungan dengan serius bahkan sebelum global warming menjadi tema hangat pembicaraan dunia. Midgar, Shinra Company, dan Lifestream seolah-olah menjadi sebuah personifikasi dari jati diri kita di dunia nyata. Bumi di saat ini pun mengalami kondisi yang tidak berbeda jauh. Yang membedakannya hanyalah bahwa Bumi tidak memiliki Aerith. Itu saja.

Sephiroth memang menjadi villain terfavorit saya dari keseluruhan game Final Fantasy yang pernah saya mainkan (mungkin bersaing berat dengan Kefka dari Final Fantasy VI). Desain karakternya yang dingin sekaligus memancarkan aura kekejaman dan kemarahan yang kuat membuat para gamer bergidik setiap kali karakter ini muncul di layar. 



Sephiroth, pemeran antagonis dalam FF VII



Pria berambut putih panjang dengan pedang Masamune-nya yang menyeramkan ini memang punya agenda yang sederhana, yakni menghancurkan GAIA untuk membalas dendam. Saya sampai saat ini masih simpatik dengan tujuan yang berusaha dicapai Sephiroth dan mengerti apa yang terjadi dengannya.



Masamune, pedang yang dimiliki Sephiroth



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 A R C A N G E L G A M E - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -