Popular Post

Archive for 2015

CELEBRITY : BIG BROTHER

By : Unknown

BIG BROTHER CELEBRITY


OLEH :
Lalu Aditya Rachmat Ghiffari  (125120207121009)

I.IK.6


ILMUKOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015





Why did the event happen? What was the cause triggering the event?

Berawal dari complaint masyarakat terhadap ofcom terkait dengan acara mereka yang menyinggung ras tertentu dalam hal ini india. Dalam acara tersebut Shilpa Shetty mendapatkan gelar “The Indian” karena ia kesulitan dalam menyebut namanya. Sehingga pihak ofcom mendapatkan komplain pada episode berikutnya sebanyak 200 komplain. Disini sudah muncul potensi – potensi krisis. Sehingga complain yang tadinya hanya berjumlah 200 komplain menjadi membengkak sebesar 8000 komplain. Dalam hal ini dapat di analisis jika publik bersifat aktif terlebih publik yang merasa dirugikan oleh acara tersebut. Jika tidak cepat diredam maka komlain akan semakin meluas. Jika diurutkan kedalam tahapan isu maka dapat di analisis :

·         Tahap pra krisis (pre-crisis)
Tahap pra krisis terjadi ketika situasi serius mulai muncul dan organisasi menyadarinya. Pada tahap ini, anggota organisasi baik karyawan maupun pimpinan manajemen telah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya krisis. Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Di tahap ini, dimungkinkan mereka melakukan tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap  penting. Tanda – tanda atau potensi terjadinya krisis sebenarnya telah diketahui oleh pihak acara big brother ataupun  ofcom. Namun masih tidak digubris sehingga efek darinya terjadi krisis. Yaitu pihak tersangka mendapatkan 8000 komplain dari publik tentang masalah rasis.

·         Tahap krisis (acute crisis)
Tahap krisis (acute crisis) terjadi ketika situasi tidak dapat dimanajemen dengan baik oleh organisasi sehingga situasi tersebut menyebar luas ke luar organisasi. Krisis pun terjadi ditandai dengan pihak channel 4 yang dinilai rasis oleh masyarakat internal UK. Kini merembet bahkan sampai India sehingga perundingan diplomatik harus dilakukan oleh kedua belah pihak. Dengan Pemerintah sebagai perantara bagi kedua Negara. Citra dan reputasi dari channel 4 pun menurun. Krisis semakin meningkat pula menjadi 20.000 komplain karena dari pihak Big Brother menyangkal bahwa acara tersebut berbau rasis. Chairman dari channel 4 yaitu Luke Johnson juga menolak undangan dalam membela eksistensi dari acara ini. Pada saat ini channel 4 terancam tutup karena menimbulkan terlalu banyak masalah.

·         Tahap pascakrisis (post-crisis)
Terjadi ketika krisis sudah terakumulasi dan organisasi berupaya mempertahankan citranya. Pada masa ini organisasi berupaya untuk memperbaiki segala akibat yang ditimbulkan krisis (recovery). Pada akhirnya channel 4 dan Endemol memilih meminta maaf kepada public atas acara yang bersifat merugikan. Channel 4 pun dituntut untuk mematuhi fungsi dan prinsip dari media. Sehingga Channel 4 me re-brand kembali dengan menciptakan acara atau program baru yang tidak menandung SARA dan RASIS. Pihak channel 4 pun mengatakan bahwa kejadian seperti ini tidak akan diulang kembali.

Dapat dianalisis bahwa penyebab utama dari munculnya Krisis ini adalah terjadinya gaya entertaint atau perbedaan budaya antara UK dengan India yang menyebabkan terjadinya kesalahpahaman. Dalam hal ini dari pihak acara yang bermaksud untuk mengentertaint dengan lawakan “The Indian” terhadap Shilpa Shetty malah dianggap menjadi bahan celaan dan rasis. Sehingga terjadi krisis yang disebabkan oleh kedua belah pihak. Perlu adanya perundingan terhadap kedua belah pihak, seperti diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan India. Dan tentunya pihak dari Big Brother harus meminta maaf kepada pihak yang dirugikan.


Explain the case by making issue lifecycle

Apabila di analisis berdasarkan issue lifecycle maka kasus ini dapat dikategorikan. Menurut Kriyantono (2012) terdapat 4 tahap yaitu tahap origin, mediation,  organization, dan resolution.

·         Tahap Origin
Pada tahap ini, seseorang atau sekelompok orang mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Ditandai dengan complain yang diterima oleh channel 4. Berawal sebanyak 200 hingga semakin merembet menjadi 8000 komplain. Ini mengartikan public yang mengekspresikan perhatian dan isu nya terkait dengan isu rasis yang diciptakan oleh channel 4.

·         Tahap Mediation
Di tahap ini isu sudah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok yang lain saling mendukung dan memberi perhatian. Ditandai dengan parahnya kasus ini hingga India pun ikut turun tangan dalam menyikapi. Perundingan diplomatic pun tidak dapat dihindari. Terjadinya perundingan ini pun dikarenakan efek dari gerakan publik. Yang artinya publik memiliki relasi satu sama lain dalam menyikapi kasus ini.

·         Tahap Organization
Pada tahap ini publik sudah mulai mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan. Current stage : isu berkembang menjadi lebih populer karena media massa memberitakannya berulang kali dan berbagai interaksi di media sosial dan jaringan. Critical stage : publik mulai terbagi dalam dua kelompok setuju dan menentang.
Current Stage : Ditandai dengan Hindustrian Times yang ada di India men Highlight tentang permasalah rasis yang terjadi di UK. Dan juga berbagai media yang terus memberitakan kasus ini secara continue. Sehingga tersebar isu tentang budaya yang salah yang dianut oleh UK yaitu menjadikan tema rasis sebagai bahan lelucon. Ditambah lagi dengan pernyataan yang tumbuh bahwa Channel 4 telah sengaja melakukan hal tersebut demi kepentingan perusahaan atau dari segi finansial dengan rating yang semakin tinggi.

·         Tahap Resolution
Pada dasarnya organisasi dapat mengatasi isu dengan baik  dan pemberitaan media mulai menurun. Ditandai saat pihak ofcom memberi ketetapan bersalah pada pihak Channel 4 karena atas tindakan yang dilakukan serta melenceng dari fungsi media itu sendiri. Pihak Channel 4 dan big brother memilih untuk meminta maaf atas apa yang mereka lakukan dan mereka akan melakukan brand ulang tentang channel 4. Seperti membuat kebijakan baru dan akan bertanggung jawab atas segala scenario yang terjadi  saat acara tersebut berlangsung. Setelah melakukan rebrand ulang dan meminta maaf kepada Shetty. Pihak Channel 4 tidak menayangkan atau tidak melanjutkan kembali tentang acara Big Brother.


What did the company do/respond with the event? Based on the outcome, was it proper respond?
Tentunya pihak Channel 4 yang berpendapat bahwa acara mereka sudah memang standart dari acara tersebut sehingga mereka tidak merasa melakukan sesuatu yang bersifat negative. Namun dengan bukti yang banyak serta pihak Channel 4 yang terus – terusan mendapatkan complain sehari – harinya lebih meminta maaf kepada pihak yang dirugikan. Dan memilih untuk membranding ulang.
Apabila dianalisis berdasarkan pernyataan diatas. Seharusnya pihak Channel 4 menyikapi tentang terjadinya 200 komplain yang berasal dari publik. Walaupun hanya 200 orang, namun itu nominal yang sudah bisa dibilang cukup tinggi yang apaibla dibiarkan akan menimbulkan krisis. Dalam menanggapi hal ini, Chairman dari Channel 4 seharusnya mengadakan pers conference terkait dengan membahas masalah ini. Kasus seperti ini lebih cepat menyebar jikda tidak dicegah terlebih dahulu. Kurangnya penerapan Worst Case Scenario (WCS) yang diterapkan oleh Channel 4. Sehingga apabila berhadapan dengan krisis maka perusahan tersebut mendapatkan dua sisi negative dan positif.
Negatif yang berupa saat pihak Channel 4 tidak mau meminta maaf kepada korban. Efek yang dapat dilihat adalah krisis yang semakin menyebar dan turunnya reputasi dan image dari Channel 4. Dilain hal yaitu sisi positifnya, Image dari Channel 4 akan naik kembali tergantung dari recovery yang mereka lakukan. Jika pihak Channel 4 berhasil dalam recovery yang meliputi brand ulang dan permohonan maaf maka publik akan menghargai dari pihak Channel 4 sendiri. Tentunya kesmpulan dari keseluruhan adalah sebaik apapun perusahaan tersebut, harus diterapkan Worst Case Scenario sehingga perusahaan sebelumnya memilki persiapan dalam menghadapi potensi krisis yang akan datang.



Daftar Pustaka ;

            Kriyantono, R. (2012). Public Relations & Crisis Management. Pendekatan Critical Public Relations, Etnografi & Kualitatif. Jakarta : Kencana.





THE TYLANOL TALE

By : Unknown
CASE STUDY: THE TYLENOL TALE

OLEH :
Lalu Aditya Rachmat Ghiffari  (125120207121009)

I.IK.6


ILMUKOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015








Why did the event happen? What was the cause triggering the event?
            Dari hasil kasus studi yang telah dipelajari dan di pahami. Dapat dianalisis terjadinya krisis yang amat fatal. Karena krisis dari perusahaan Johnson & Johnson ini telah memakan banyak korban dan korban itu pun datang dari publik sendiri. Berawal dari kinerja perusahaan yang mencampur racun kedalam Tylenol (Produk dari Johnson & Johnson) yang mengandung asam sianida yang bersifat sangat mematikan jika dikonsumsi. Sehingga efek dari terjadinya distribusi obat Tylenol yang mengandung racun tadi, menyebabkan 250 kematian yand diduga penyebabnya adalah obat tersebut. Namun pihak media memberitakan 2500 lebih dari korban jiwa yang penyebabnya adalah Tylenol itu sendiri. Dari penjabaran ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya krisis yang bersifat internal namun berdampak kepada masyarakat sehingga bersifat Internal. Isu ini berdampak kepada perusahaan Johnson & Johnson karena dianggap lalai dalam memanjemen kinerja dari karyawannya sehingga berdampak kepada masyarakat sendiri.

    Menurut Kriyantono (2012) terdapat tiga tahapan isu, yaitu pra krisis, krisis, dan pasca krisis. Yang dapat dikaitkan oleh kasus ini.

1.       Tahap Pra – Krisis
Tahap pra krisis terjadi ketika situasi serius mulai muncul dan organisasi menyadarinya. Pada tahap ini, anggota organisasi baik karyawan maupun pimpinan manajemen telah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya krisis. Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Di tahap ini, dimungkinkan mereka melakukan tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap  penting. Mungkin pada kasus ini, tidak ditandai oleh pra krisis, karena dari pihak perusahaan tidak menyadari akan terjadinya krisis ini. Ketika di analisis kembali, terdapat data yang mengatakan awal dari kematian adalah tiga korban, sehingga media pun disini pun meliput dan ternyata mengabarkan terdapat lebih dari 2500 orang yang menjadi  korban produk Tylenol ini.

2.       Tahap krisis (acute crisis) terjadi ketika situasi tidak dapat dimanajemen dengan baik oleh organisasi sehingga situasi tersebut menyebar luas ke luar organisasi. Krisis terjadi di eksternal perusahaan Johnson & Johnson dan lebih dahulu diketahui oleh media. Sama seperti tahap Pra Krisis tadi, disini media yang lebih dulu mengambil alih opini publik dengan memberitakan kasus kematian tersebut.

3.       Pasca Krisis Terjadi ketika krisis sudah terakumulasi dan organisasi berupaya mempertahankan citranya. Pada masa ini organisasi berupaya untuk memperbaiki segala akibat yang ditimbulkan krisis (recovery). Menanggapi dari krisis yang terjadi, perusahaan Johnson & Johnson tidak hanya diam dan menunggu citra dan reputasinya yang semakin turun. Mereka melakukan percobaan dengan menguji coba 8 juta capsule dan menemukan sekitar 75 capsule yang mengandung racun. Dan menurut media menghabiskan dana sebesar setengah juta dolar untuk menginformasi kepada seluruh dokter, rumah sakit, dan pihak distributor lainnya. Pihak media Wall Street Journal juga menulis opini tentang perusahaan Johnson & Johnson bahwa mereka lebih baik kehilangan dana besar daripada harus menyaksikan korban yang terus bermunculan. Dan juga dari media mendapat konfirmasi dari pihak Johnson & Johnson bahwa orang gila yang mencampurkan racun tersebut telah diamankan dan ditangkap oleh pihak yang berwajib.





Explain the case by making issue lifecycle
                Menurut Kriyantono (2012) terdapat issue lifecycle yang menandai dari krisis yang terjadi. Dalam hal ini dikaitkan dengan kasus Johnson & Johnson.
1.       Tahap origin.
Pada tahap ini, seseorang atau sekelompok orang mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Dalam hal ini, semua berawal dari tiga korban yang merupakan korban dari produk Tylenol yang mereka konsumsi. Pihak media secara tanggap dan langsung diberitakan. Sehingga menjadi pusat perhatian bagi masyarakat dan membentuk opini publik.

2.       Tahap mediation dan amplifying.
Di tahap ini isu sudah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok yang lain saling mendukung dan memberi perhatian. Dapat dianalisis saat perusahaan Johnson & Johnson ini berhasil mengatasi kasus ini dengan melakukan uij coba terhadap 8 juta kapsul dan berhasil menangkap pelaku dari kasus ini sehingga media memberitakan ulang kembali pada publik tentang usaha dari Johnson & Johnson. Sehingga muncul opini publik baru terhadap Johnson & Johnson.

3.       Tahap Organization.
Pada tahap ini publik sudah mulai mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan. Current stage : isu berkembang menjadi lebih populer karena media massa memberitakannya berulang kali dan berbagai interaksi di media sosial dan jaringan. Critical stage : publik mulai terbagi dalam dua kelompok setuju dan menentang.  Dalam kasus ini mungkin tidak ditemui Critcal Stage. Namun Current Stage ditandai dengan media yang bersifat pro terhadap Johnson & Johnson. Dalam kasus ini media berhasil menaik kan reputasi dari Johnson & Johnson dari berita yang bersifat positif, yaitu usaha – usaha yang telah dilakukan Johnson & Johnson dan telah memenangkan Silver Anvil Award karena mampu menangani krisis yang bersifat fatal.

4.       Tahap Resolution
Pada dasarnya organisasi dapat mengatasi isu dengan baik  dan pemberitaan media mulai menurun.  Johnson & Johnson pun mendapatkan image dan reputasi mereka kembali meskipun harus rela merombak ulang produk mereka dan menghabiskan dana sekitar setengah juta dolar. Johnson & Johnson mampu melihat peluang pasar mereka, sehingga mereka melakukan perombakan ulang dari produk dan juga kemasan dari produk tersebut. Sehingga mereka berhasil mendapatkan 70% dari sepertiga saham mereka dalam pasar.



What did the company do/respond with the event? Based on the outcome, was it proper respond?

Dari analisis yang telah dilakukan, tanggapan dari Johnson & Johnson terhadap krisis yang mereka alami merupakan hal yang sepatutnya dilakukan oleh tiap perusahaan yang menghadapi krisis yang bersifat sama. Poin – poin penting yang dapat dilihat dari kasus ini atau cara penanggulangan krisis adalah :

·         Perusahaan dengan cepat menanggapi kematian yang terjadi dikarenakan mengkonsumsi Tylenol yang tidak lain adalah produk mereka sendiri. Mereka dengan cepat melakukan uji coba terhadap produk mereka dan lebih memilih untuk kehilangan dana dan waktu dalam memberi informasi terhadap seluruh instansi kesehatan di Amerika terkait dengan produk Tylanol ini.

Dapat dilihat perusahaan ini telah merencanakan jika akan ada krisis yang akan datang. Sehingga ketika krisis tersebut mulai tampak, perusahaan ini telah siap dalam menangani dengan mengambil tindakan cepat.

·         Perusahaan Johnson & Johnson mendapatkan penghargaan Anvil Award dari Public Relations Society of America karena penanganan krisis yang baik. Dan juga perusahan ini mampu merecovery internal perusahaan mereka, ditandai dengan mereka berhasil membalikan 70 % dari sepertiga saham mereka di dunia pasar. Meskipun masih ada masyarakat yang paranoid terhadap produk ini.

Analisis dari fakta diatas adalah, secara umum perusahaan ini mampu menghandle seluruh permasalahan namun belum mampu mengobati opini publik yang masih mengambang yang menanggapi produk ini. Diperlukan kerja dari seorang Public Relation yang mengadakan pers terkait tentang produk Tylanol. Seharusnya perusahaan ini kembali meyakinkan publik dengan menyajikan riset dan hasil perombakan ulang dari pihak Johnson & Johnson. Sehingga penyakit paranoid publik dapat terobati dan penjualan pun semakin maksimal.



Daftar Pustaka
Kriyantono, R. (2012). Public Relations & Crisis Management: Pendekatan Critical Public Relations, Etnografi & Kualitatif. Jakarta: Kencana





               



ARLA PRODUCT BOYCOT

By : Unknown

ARLA PRODUCT BOYCOTT IN THE MIDDLE EAST


OLEH :
Lalu Aditya Rachmat Ghiffari  (125120207121009)

F.IK.6


ILMUKOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015





Why did the event happen? What was the cause triggering the event?

            Denmark merupakan Negara penghasil susu terbesar pada tahun 2005, dalam hal ini produksi susu dihandle oleh Arla Corporate yang produknya sudah sangat terkenal didenmark hingga sering dieksport. Perusahaan ini menerima pasokan bahan dari para petani di Denmark dan Swedia. Namun musibah muncul menimpa perusahaan ini. Pada tanggal 30 September 2005 yang ditandai dengan munculnya iklan produk Arla yang diterbitkan oleh koran Jylland Poaten yang menampilkan kartun Nabi Muhammad sebagai icon koran mereka. Editor dari koran ini mempublish 12 gambar yang menampilkan sosok Nabi Muhammad yang salah satunya Nabi Muhammad yang mengenakan sorban namun sorbannya membentuk bom. Pihak media Denmark mengatakan itu adalah bentuk kritikan terhadap Islam. Tentunya berita ini memancing perhatian seluruh umat islam di Eropa terlebih dari pelosok Dunia. Sehingga beberapa gerakan atau tindakan yang bersifat anarkis pun tidak dapat dihindari, masyarakat menyalakan api di depan kedutaan Norwegia dan Denmark yang berada di Beirut, menyerang kedutaan Denmark di Tehran, serangan senjata api di Gaza dan menuntut permintaan maaf dari Norwegia dan Denmark.



                Ironisnya, Perdana Mentri Anders Fogh Rasmussen menolak mengadakan pers atau membuat pertemuan dengan perwakilan umat islam untuk membahas dan mencari solusi dari kasus ini. Anders berpendapat walaupun diadakan pertemuan, tetap saja tidak akan berpengaruh kepada pers. Sehingga ini berdampak pada Perusahaan Arla. Pada akhir Januari, seluruh produk  Perusahaan Arla di boycott di daerah Timur – Tengah. Dan pada awal februari, perusahaan Arla mengalami kerugian yang perharinya mencapai 1 juta dolar.


Explain the case by making issue lifecycle

Menurut Kriyantono (2012) terdapat beberapa tahapan isu, dalam hal ini tahapan isu tersebut akan dikaitkan dengan kasus boycott produk perusahaan Arla. Adapun tahapan tersebut adalah :

1.       Tahapan Origin (potential stage). Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekpresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Di tahap ini, dimungkinkan mereka melakukan tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap penting. Dalam tahap ini jika dikaitkan dengan kasus Arla food, tentu disini bisa dilihat dari isu yang dibuat oleh pihak pers Denmark yang memberi dampak negatif pada publik khususnya publik yang beragama Islam. Sehingga terjadi respon dari publik yang sifatnya melibatkan dari pihak Arla food. Yaitu penboycott an seluruh produk Arla food di daerah Timur – Tengah.

2.       Tahapan Mediation and Amplification (Imminent stage/emerging). Pada tahap ini, isu berkembang karena isu-isu tersebut telah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok-kelompok yang lain saling mendukung dan memberikan perhatian. Jika dikaitkan dengan kasus Arla food ini, isu yang diciptakan oleh pers Denmark semakin menyebar melalui media lainnya. Yang menyebabkan seluruh publik yang merasa dirugikan membentuk suatu kelompok atau organisasi informal yang memiliki tujuan yang sama. Dalam hal ini publik bersama – sama melakukan tuntutan dan memboycott produk Arla food.

3.       Tahapan Organization Tahap ini publik sudah mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan. Current stage, isu berkembang menjadi lebih popular karena media massa memberitakanya berulang kali dengan eskalasi tinggi. Critical stage terjadi bila publik mulai terbagi dalam dua kelompok, setuju dan menentang. Current Stage, dalam stage ini bisa dianalisis bahwa pihak pers Denmark yaitu Jyllands-Posten memberitakan berita ini cukup massiv kepada publik sehingga isu tentang SARA menyebar ke masyarakat yang mayoritas muslim. Sedangkan Ciritcal Stage pada saat publik sepakat untuk memboycott seluruh produk Arla food sehingga terjadi kerugian yang besar.

4.       Tahap Resolution
Pada tahap ini, organisasi dapat mengatas isu dengan baik sehingga pemberitaan di media mulai menurun, perhatian masyarakat juga menurun, sehingga isu diasumsikan telah berakhir sampai seseorang memunculkan kembali dengan pemikiran dan persoalan baru yang ternyata memiliki keterkaitan sebelumnya. Dalam tahap ini, setelah beberapa desakan yang dilakukan oleh masyarakat muslim terhadap kasus kartun Nabi Muhammad ini, membuat pemerintahan Denmark yang tadinya menolak untuk bertanggung jawab menjadi ikut turun tangan dalam menangani kasus ini. Pemerintah Denmark menghimbau pada pers Jyllands-Posten untuk meminta maaf sebesar – besarnya. Dan juga perusahaan Arla food memarketing kembali produk mereka dengan 25 tema baru di Saudi Arabia. Dan Arla food juga mensponsori program membela tentang kemanusiaan di daerah tersebut.


What did the company do/respond with the event? Based on the outcome, was it proper respond?
Konklusi dari keseluruhan kasus ini. Krisis bisa terjadi dimana pun dann diperusahaan manapun juga. Jika perusahaan tersebut tidak bisa dalam memanajemen sistem organisasi merek, maka krisis pun tidak bisa dihindari. Dalam kasus ini adalah Arla food yang awalnya memiliki profit dan mempunyai image yang bagus dimata publik.  Namun adanya missunderstanding antara media dan perusahaan. Akibatnya Arla food mengalami kerugian yang cukup dalam yaitu 64 juta dolar. Namun pihak Arla food dalam hal yakin untuk memarketing ulang produk mereka dan yakin untuk bisa mengangkat kembali image mereka.  Dengan mengiklankan di 25 surat kabar dengan halaman yang full di daerah Saudi Arabia. Arla food secara rutin melakukan restorasi pada image mereka sehingga reputasi mereka pun naik kembali. Opini publik yang tadinya negatif pun menjadi positif terhadap pihak Arla food. Arla juga mensponsori berbagai program yang menyangkut tentang kemanusiaan yang ada di Saudi Arabia.
Tentu dalam hal ini, tindakan yang dilakukan oleh pihak Arla merupakan tindakan yang tepat dalam melakukan survival didunia marketing. Namun akan lebih baik jika pada saat itu pihak Arla food mengadakan jumpa pers kepada publik, sehingga publik mendapatkan informasi yang benar terhadap produk arla food. Sehingga Arla food tidak mengalami kerugian yang cukup besar. Namun secara keseluruhan Arla food mampu menerapkan manajemen yang baik kepada perusahaannya sehingga mampu survive dan memiliki image yang bagus.



Daftar Pustaka
Kriyantono, R. (2012). Public Relations & Crisis Management: Pendekatan Critical Public Relations, Etnografi & Kualitatif. Jakarta: Kencana









- Copyright © 2013 A R C A N G E L G A M E - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -